Breaking

Tuesday, April 9, 2019

Kepada Senja

Kepada senja
Oleh : Hana Matantu

Dalam pengantarnya untuk salah satu tulisan sepilihan kata-kata yang sempat terbacakan "Bukankah Cinta Tidak Pernah Menoleh". Coleman Barks mengatakan bahwa hubungan antara Rumi dan Syams Tabrizi adalah hubungan yang tidak bisa dipastikan siapakah yang merupakan guru dan siapakah yang merupakan murid.

Serpihan anatar keduanya merupakan bukti bahwa kehadiran seorang Syams Tabrizi sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan seorang Jalaluddin Rumi. Sebagaimana dalam bukunya yang berjudul Matahari Diwan Syams Tabrizi pun Rumi banyak bercerita tentang cinta dan hati "Bahwa Rumah Tuhan adalah terletak di dalam hati, Dirahmatilah mereka yang bersumpah setia kepada hati".

O yang membuat kebun dan padang rumput tersenyum, apakah kau membawa kabar dari kekasih kita?. Ketika ia yang setengah dewa pergi, dewa pun memunculkan diri. Dimana seharusnya letak cinta dan hati seorang Syams Tabrizi yang datang dan pergi tanpa memberitahu?.

Tanpa basa-basi, pengantar ini ada baiknya berjudulkan Mabuk. Mengapa saya mengatakan demikian, karena pengantar ini lebih tertuju kepada pengantar sang penulis yang mabuk tanpa meminum anggur. Pencinta yang tersenyum tanpa mulut dan bibir. Bagaimana mungkin?.

Pastilah mungkin! Mengapa tidak. Ada air di dalam api, api tersebut bersembunyi di dalam air. Kata-kata ini mungkin lebih terdengar gila. Mana mungkin api bersembunyi di dalam air. Lanjut pada jiwa yang penuh keriangan di dalam api itu, tiba-tiba jatuh lara ketika ia tercelup di dalam air-Nya. Makin gila saja kata-kata ini.

Langsung saja kepada dia yang menjadi Rembulan dan cahaya terang bagiku. Semenjak kulihat wajah-Mu, aku penuh keriangan di mana pun aku berdiam. Kemanapun aku pergi, jadilah taman mawarku.

#Tak.Beralasan

No comments:

Post a Comment

Adnow1

loading...